Joker - The Solitaire Mystery |
Joker, si sinis sedih lucu bodoh pemain cadangan, yang hanya dimainkan sebagai kartu bantuan atau kartu pengganti saja. Seperti sebagai pemain cadangan, joker tidak dimainkan sebagai pemain pembuka, ia hanya mengikuti arus. Apabila sekitarnya hati, menjadi hati-lah ia, apabila sekitarnya sekop, menjadi sekoplah ia.
Joker adalah bunglon, entah bagaimana ia selalu bisa melaksanakan tugas-tugas dari posisi yang didudukinya. Baik tugas seorang prajurit muda, ataupun menggantikan raja yang ditawan.
Joker adalah pengkhianat. Ia bisa saja membantu keempat raja secara bergantian, kala pertempuran satu ia akan menggantikan raja hati, pertempuran berikutnya ia akan menggantikan prajurit sekop. Ia hanya muncul di tengah kerumunan dan meneriakkan maunya untuk membantu.
Ia berteman dengan siapa yang membutuhkannya. Wajik, Sekop, Hati, Keriting. Semua dibantu asalkan sedang mendominasi. Ia tidak setia pada satu kerajaan, pada satu kepentingan, namun bermain-main di antara kepentingan-kepentingan tersebut.
Joker bisa melakukan kudeta, apabila salah satu pejabat kerajaan atau prajuritnya dalam posisi tersembunyi atau di tangan lawan, ia akan menyeruak dan menggantikan posisi tersebut. Dan membantu memberi kemenangan.
Joker hidup sendiri. Sebuah joker tidak bahu membahu dengan temannya dalam membantu kerajaan yang ditumpanginya, mereka bersaing satu sama lain. Terkadang ada 4 joker yang harus dibagi rata, terkadang hanya muncul 2. Tapi mereka tidak boleh tampil bersamaan. Mereka hanya dimainkan sebagai pengganti, pemain cadangan sendiri.
Menggunakan joker di awal akan mematikan punggawa tugas utama. Mereka hanya bisa berdiri di luar pagar dan melihat bahwa si joker menyeringai yang melaksanakan tugasnya. Mereka sedih karena joker menggantikan sebelum ia muncul, bukan sesudah ia tertawan, sehingga kemunculannya tak berarti apa-apa.
Tidak apa bila sebuah kerajaan tidak dilengkapi dengan joker. Apabila susunan punggawanya solid dan kuat, buat apa joker? Kali ini joker akan ditinggalkan sendiri di luar pagar menyaksikan kerajaan-kerajaan jumawa.
Joker tidak bernilai. Sungguh tidak ada nilainya karena ada namun tidak penting. Bukan bernilai kemenangan seperti As, atau bernilai rendah seperti 2, atau yang anggun seperti King, Queen, Jack, yang selalu dicari dan dirasakan kehilangannya.
Dalam satu kerajaan kehilangan satu dari 52 posisi ini sangat berarti bagi permainan, berarti sebagai nilai masing-masing pemainnya. Namun bagaimana dengan Joker? Adanya tidak menambah nilai keseluruhan. Keuntungannya, tidak perlu menggaji seorang joker. Toh ia bernilai nol. Yang ia lakukan sukarela saja, hanya membantu sejenak, lalu pergi lagi di pertempuran selanjutnya.
Ekspresi joker tidak jelas, antara tertawa sinis, tertawa lucu, atau licik sekalipun. Ia tahu ia hanya dibutuhkan ketika meraih kemenangan, ia hanya dimanfaatkan sebagai keuntungan belaka, tidak dilirik ketika semua komplit. Ia terkadang marah akan itu.
Joker yang lucu, selalu berusaha menghibur punggawa yang kehilangan temannya. Ia tahu, posisinya tidak abadi.
Ia menggunakan waktu yang sebentar itu untuk meninggalkan kesan. Sayangnya kesan itu tidak berhasil. Seketika perang usai, semua kembali ke kesatuannya masing-masing. Joker tetap di tumpukan terbawah. Joker tidak menyebabkan kekalahan pemainnya, ia jadi penghibur apabila lawan yang menang. Tapi apabila si lawan berniat bunuh si joker, maka habislah ia.
Joker menjadi simbol kesendirian dari kartu, ia tidak milik siapa pun, tidak ada pun tidak apa-apa. Namun ketika ada, ia dimanfaatkan jadi keuntungan. Ia juga perlambang kesedihan yang tersangkal. Ketika kesendirian bukanlah keinginannya, tapi takdirnya. Sehingga ia tertawa di balik kesedihannya. Sesungguhnya ia kesepian, namun tak satupun bisa menjadi temannya.
Antar joker tidak bisa berteman. Mereka menjatuhkan satu sama lain. Mereka saling menyimpan keinginan untuk berada dalam posisi pengganti yang lebih baik. Mereka hanya saling melirik sinis satu sama lainnya.
Joker itu jenius, karena bagaimanapun ia bisa menjadi Raja, memerintah dengan gayanya sendiri, walau hanya kepemimpinan semu, bisa menjadi prajurit, yang pura-pura patuh pada pimpinan. Namun senyum palsu tetap muncul di wajahnya. Ia dapat menjadi apa dengan sejuta strategi di kepalanya.
Joker hanya muncul ketika ada lawan. Permainan yang dilakukan sendiri, tidak membutuhkan joker. Solitaire, Freecell, dimainkan atas keinginan satu orang saja. Penyendiri tidak butuh joker.
Apakah benar ia berpihak netral, atau ia pengkhianat yang menempel pada siapa saja yang memerlukannya? Butuhkah pada sebuah joker?
Joker hanyalah yang berwarna. Joker hitam hanya bayangannya.